DIKSI.CO – Dalam sebuah kegiatan internasional Climate Resilience and Innovation forum (CRIF) 2025, Wali Kota Samarinda Andi Harun tampil sebagai salah satu pembicara utama.
Kegiatan itu digelar oleh United Cities and Local Governments Asia Pacific (UCLG ASPAC) di Hotel Park Hyatt Jakarta, Rabu (21/5/2025).
Dalam kesempatan itu, Andi Harun membawa pesan penting perlunya kolaborasi antarwilayah untuk menjawab tantangan perubahan iklim.
Diketahui, Samarinda menjadi satu dari 10 kota/kabupaten di Indonesia yang dipercaya berbagi praktik baik dalam membangun kota yang tangguh terhadap iklim.
Keikutsertaan Samarinda itu menurut Andi Harun, merupakan bentuk kepercayaan global atas konsistensi Samarinda selama tiga tahun terakhir dalam memperkuat ketahanan iklim.
“Ini bukan sekadar undangan Ini bentuk pengakuan atas kerja nyata yang kita bangun melalui sinergi baik internal antar-OPD maupun dengan jejaring internasional,” tegasnya.
Ia memaparkan bahwa Samarinda telah memiliki peta rawan bencana program aksi iklim tahunan yang diintegrasikan dalam APBD hingga kolaborasi lintas sektor yang melibatkan 30 organisasi perangkat daerah.
Selain itu, beberapa proyek nyata seperti pembangunan Taman Para’an berhasil direalisasikan dengan dukungan dana internasional tanpa membebani anggaran daerah.
“Kota kita tidak berdiri sendiri setiap langkah yang kita ambil harus sejalan dengan komitmen global dan lokal,” ucapnya.
Ia juga menyinggung pentingnya regulasi yang mendukung upaya adaptasi iklim serta perlunya perubahan perilaku masyarakat.
“Perubahan iklim bukan isu pemerintah semata tapi urusan semua pihak. Tidak bisa lagi ada ego sektoral atau sikap apatis dari masyarakat,” katanya.
Forum ini turut menyoroti pernyataan Dirjen Bina Administrasi Kewilayahan Kemendagri, Safrizal ZA, yang menilai Samarinda sebagai kota percontohan dalam penyusunan regulasi dan pelaksanaan aksi nyata menghadapi perubahan iklim.
“Saya sampaikan, regarding Samarinda City’s climate resilience, many things were highlighted by Mr. Safrizal. Saya hanya menambahkan program yang sudah berjalan,” tuturnya.
Ia menjelaskan paparannya dengan menyerukan pentingnya kolaborasi lintas kabupaten/kota terutama di Kalimantan Timur.
“Kita harus berkolaborasi, ini bukan lagi soal siapa duluan atau siapa hebat tapi bagaimana semua daerah bergerak bersama. We will strengthen collaboration between regions for climate resilience in Indonesia,” pungkasnya. (*)